Pages

Kamis, 09 Februari 2012

Tempat Wisata Di Surabaya

Wisata Hutan Mangrove Surabaya

Wisata Hutan Mangrove Surabaya


Metrogaya-Hingar-bingar kota Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta, menimbulkan persepsi beragam di kalangan masyarakat. Bahkan sebagian mereka menstigmakan bahwa kota metropolitan seperti Surabaya terkenal dengan padatnya penduduk dan bisingnya kota akibat kemacetan lalu lintas di jalan raya.




Disisi lain, Kota Pahlawan dikenal tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan niaga, melainkan sebagai kota industri. Hal itu terbukti dengan dipusatkannya pusat industri di wilayah Kecamatan Rungkut.Bahkan di Surabaya saat ini sudah menjamur mal atau pusat perbelanjaan yang jumlahnya kini mencapai seratusan. Seiring dengan itu, pusat keramaian lainnya berupa tempat-tempat hiburan kini mulai ramai dan merambah hingga ke perkampungan.




Pesatnya pembangunan di Kota Surabaya membuat sebagai besar warga merasa tidak yakin jika di kota metropolitan tersebut masih terdapat wisata alam, yakni berupa pemanfaatan atau konservasi hutan mangrove. Namun, semua itu akhirnya terjawab sejak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membuka Wisata Anyar Mangrove (WAM) di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) yang terletak di RW VII Kecamatan Gunung Anyar.

Kawasan Pamurbaya sendiri terletak di tepi Selat Madura yang luasnya nisbi sempit. Daerahnya merupakan bentang alam yang datar dengan kemiringan antara 0-3 persen. Kawasan ini terbentuk sebagai hasil endapan dari sistem sungai yang ada di sekitarnya dan pengaruh laut. Kondisi daerah delta dengan tanah aluvial merupakan habitat yang baik bagi terbentuknya ekosistem mangrove.

Secara geografis maupun ekologis, kawasan Pamurbaya memiliki fungsi yang sangat penting bagi Kota Pahlawan. Salah satunya adalah mencegah ancaman intrusi air laut. Keberadaan hutan mangrove di Pamurbaya juga memiliki fungsi menetralisir limbah terutama logam berat yang masuk ke laut. Sementara itu, dengan harga yang nisbi terjangkau, masyarakat bisa menikmati keindahan hutan mangrove yang masih "perawan" dengan menyusuri sungai Kebun Agung hingga sungai Tambak Klangri.

Keberadaan hutan mangrove ini mampu menyedot kedatangan 147 spesies burung. Dari 84 spesies burung yang diketahui menetap di Pamurbaya, 12 spesies termasuk jenis yang dilindungi. Jenis burung tersebut tidak hanya burung air seperti kuntul perak, pecuk hitam, mandar padi, mandar batu, dan kowak malam. Di sana juga sebagai tempat persingahan ribuan burung migran setiap tahun. Diketahui ada 44 jenis burung migran yang singgah di Pamurbaya. Burung tersebut kebanyakan asal Benua Australia menuju Eropa.

Camat Rungkut, Irvan Widyanto mengatakan, wisata pantai di Wonorejo, Rungkut, itu sudah tiga tahun ini banyak dilirik para pelancong karena keasrian lingkungannya. "Sudah selayaknya bila pemkot dan pihak-pihak terkait lainnya memberi perhatian khusus terhadap objek wisata ini," ujarnya.

Wisata alam itu kini pengelolaannya dipegang Lembaga Ekowisata Wonorejo, Forum Komunikasi Polisi Masyarakat (FKPM) Kecamatan Rungkut. Di lokasi itu, selain bisa menikmati segarnya hawa pesisir, pengunjung bisa berkeliling menyusuri pantai berhutan bakau tersebut.

Pengelola telah menyiapkan sebuah perahu motor berkapasitas maksimal 40 orang untuk menikmati keindahan lokasi itu. Untuk pengamanan, pengelola juga menyediakan pelampung dan fasilitas wisata lainnya. Perahu yang disewakan tersebut biasanya bergerak mulai dari dermaga Sungai Wonokromo menuju Selat Madura. Para pengunjung bisa menikmati rimbunnya hutan mangrove, burung-burung yang beterbangan dan hinggap di ranting-ranting pohon mangrove.

Ekowisata Mangrove
Selain WAM, di kawasan Pantai Timur Surabaya juga terdapat Ekowisata Mangrove Wonorejo (EWM) yang menjual rehabilitasi, edukasi, dan rekreasi. Pengelola memberlakukan sistem paket untuk jalur wisata tersebut.

Untuk mencapai tempat wisata kaya keindahan alam ini, masyarakat harus menempuh jarak sekitar lima kilometer dari Jembatan MERR II-C yang ada di kawasan Pondok Nirwana atau Stikom Surabaya.Dari jembatan itu, pengunjung berjalan ke arah timur melewati IPH School, pangkalan taksi Orenz, hingga menemui penunjuk arah menuju EMW. Jarak tempuh dari titik itu hingga ke lokasi berkisar 2,5 kilometer.

Setelah mengikuti panduan itu, pengunjung akan menemui jalan makadam hingga menjumpai Boezem Wonorejo. Jalan itu berjarak 2,5 kilometer yang bisa ditempuh sepeda motor maupun mobil. Hanya saja, jika musim hujan jalannya sulit dilalui.

Untuk mengetahui kekayaan alam di Hutan Mangrove Wonorejo, pengunjung harus menyusuri dengan menggunakan perahu. Selama berada di perahu, tamu akan dipandu pemandu wisata dari pemuda-pemudi karang taruna setempat. Usai perjalanan itu, pengunjung akan diajak ke sekretariat lembaga ekowisata yang berada di kantor Kelurahan Wonorejo di Jalan Wonorejo 1. Di sekretariat itu, pengelola telah menyiapkan aneka produk karya warga Wonorejo untuk para pengunjung.

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya, Wiwiek Widayati menuturkan bahwa pihaknya akan membantu Kecamatan Rungkut selaku pengelola dan pemeliharan wisata mangrove, dalam bidnag promosi."Kami akan mencoba mempromosikan wisata mangrove dengan menarik wisata kapal pesiar yang memang ada rute di Indonesia. Kami berupaya untuk masukkannya ke Surabaya," ujarnya.

Selain itu, kata Wiwiek, pihaknya akan melakukan promosi lainya di bidang kegiatan seni budaya. Harapannya di wisata mangrove sering diadaakan kegiatan seni budaya, sehingga bisa menarik pengunjung atau para wisatawan."Tentunya promosi ini juga harus diimbangi dengan kegiatan seperti pengoptimalan dan penyediaan infrakstruktur lainnya," ujarnya.

Disisi lain, agar populasi monyet jenis laut atau monyet berekor panjang tidak punah, Kecamatan Rungkut melepas monyet ekor panjang ke konservasi wisata hutan mangrove di Wonorejo. "Sebenarnya di kawasan itu sudah ada. Tapi populasinya sedikit, sehingga tidak terlihat wisatawan yang sedang mengunjungi kawasan ini," kata Camat Rungkut, Irvan Widiyanto.

Irvan berharap dan mengimbau masyarakat yang berada di sekitar kawasan konservasi wisata hutan mangrove, Wonorejo, Rungkut ikut menjaga dan melestarikan ekosistem monyet maupun tanaman mangrove."Kami berharap kepada masyarakat juga berperan aktif dengan ikut menjaga serta melestarikan populasi monyet dan tanaman mangrove," ucapnya berharap. (yc/antara)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar